Ahad, Disember 19, 2010

Buku: Bumi Manusia - 2

Nota kecil dari Facebook: 

 

Bumi Manusia menyedarkanku, bahawa sebab musabab Afrika Selatan menjadi pilihan Belanda untuk membuang banyak pejuang dan penentang penjajahan di Indonesia adalah kerana negara itu juga antara negara yang mereka dijajah, khususnya Cape Town. Sekaligus mewujudkan komuniti Melayu (Cape Malays) disana. 

 

Lalu saya terfikir yang asal muasal Cape Malays adalah dari Indonesia, bukan Malaysia. Ada pandangan? 

 

Jawapan dari saudara Muhammad Jailani, kenalan dari Singapura yang kini sedang menuntut di Universiti Malaya: 

 

Saya fikir, usah terlalu menyempitkan takrifan Melayu itu sendiri. Bangsa Melayu adalah sebuah bangsa yang melampaui batas politik. Jelasnya, Indonesia dan Malaysia itu sendiri merupakan entiti politik. Sebelum 1928 dan 1957 tiada istilah Malaysia mahupun Indonesia. Pastinya juga, Cape Malays juga bertapak di sana jauh sebelum tahun-tahun yang disebutkan di atas. Atas dasar itu, tidak wajar untuk kita katakan mereka itu asal Indonesia atau Malaysia kerana kedua-duanya belum wujud pada waktu tersebut. 

 

Saya bersetuju dengan pandangan ini. Oleh kerana nusanrata Melayu sudah dibelah oleh semangat nasionalisme dan negara bangsa, maka wujudlah Malaysia dan Indonesia. Dan mana Cape Malays itupun sebenanrya merujuk kepada rumpun Melayu, bukannya warga Malaysia. Maka, janganlah kita sangka Cape Malays adalah warga Malaysia SAHAJA. Ayat yang sepatutnya ialah rumpun MELAYU.

 

Dan bagi menambah kefahaman akan letak duduknya isu ini, saya pun rajin mengGoogle dan beberapa pautan berikut boleh membantu menambah ilmu didada. Cuma...

Belanda Impor Budak Indonesia ke Afsel

museum nelson mandela 300x211 Belanda Impor Budak Indonesia ke Afsel
Museum Nelson Mandela/ FOto: scanshop.co.za

Dapunta Online – PENGUNJUNG MUSEUM Nelson Mandela bisa menyaksikan tayangan audio visual mengenai sejarah Afrika Selatan (Afsel) beberapa abad yang lalu. Dalam tayangan tersebut disebut-sebut nama Madagaskar dan Indonesia sebagai “pengimpor” budak ke Afrika Selatan yang dibawa para penjajah Belanda (Belanda). Ketika itu, orang-orang Belanda menjadi penguasa di Afrika Selatan, sebelum akhirnya dikalahkan Inggris pada perang Boer.

Anehnya, sebagian besar orang asli Afrika Selatan tidak mengenal Indonesia. Ketika ditanya, apakah Anda tahu Indonesia? Jawaban mereka beragam, “Malaysia?” atau “Cina”, bahkan ada yang mengatakan “Bali”. “Indonesia memang harus bekerja keras untuk memperkenalkan diri. Malaysia lebih dikenal di sana dibandingkan dengan Indonesia. Bahkan, Cape Malay sudah ‘diklaim’ oleh Malaysia. Padahal, tempat tersebut sangat erat kaitannya dengan sejarah Indonesia di Afrika Selatan,” kata Ali Hasan, Wakil Direktur Indonesian Trade Promotion Centre (ITPC).

Cape of Good Hope adalah tempat pertama kalinya para budak asal Jawa dan Madagaskar mendarat di Afrika Selatan pada sekitar tahun 1652. Para budak tersebut kemudian dinamai etnis Cape Malay. Namun, karena namanya Malay, maka orang-orang Afrika Selatan lebih mengenal Malaysia dibandingkan dengan Indonesia.

Datangnya para budak dari Indonesia disusul dengan pengasingan Syech Yusuf dari Makassar di Cape Town pada 1694 oleh Belanda semakin meneguhkan posisi Indonesia dalam sejarah Afrika Selatan. Bahkan, Syeh Yusuf, ulama muda dan juga pemimpin tentara Kesultanan Banten, juga merupakan penyebar agama Islam pertama di bagian selatan benua hitam ini. Selain Syeh Yusuf, sebenarnya ada nama lain seperti Abdullah Ibn Qadi Abdussalam asal Tidore.

Belanda sangat khawatir dengan perkembangan Islam di Cape Town, kemudian memindahkan dan mengisolasi Syeh Yusuf ke Zandvliet, di luar Cape Town. Namun, upaya Belanda tersebut gagal dan Islam tetap berkembang pesat di Cape Town.

Kesadaran sebagai orang asal Indonesia sudah dirasakan oleh beberapa orang Afrika Selatan terutama para Muslim. Bahkan, mereka langsung menyatakan mereka juga keturunan Indonesia khususnya Banten. Salah seorangnya adalah Ibrahim Salleh, Kepala Sekolah Muslim Bosmont.

Ibrahim mengakui, memang sebelumnya ada “kesalahpahaman” tentang Malay. Menurut Ibrahim, asumsi orang selama ini Malay sama dengan Malaysia, dan mereka juga diidentikan dengan keturunan Malaysia. “Namun, kami sudah tahu anggapan itu salah,” ujarnya.

Ibrahim sendiri tidak mengetahui bagaimana nama tempat tersebut kemudian disebut Cape Malay. “Mungkin karena berasal dari daerah atau kawasan orang-orang Melayu kemudian dinamakan Malay. Sebenarnya pula, para budak tersebut bukan berasal dari etnis Melayu. Para budak disebutkan didatangkan dari Jawa, sedangkan Syeh Yusuf orang Makassar,” ujarnya.

Cape Malay yang sekarang ini juga disebut Cape Muslim, sudah menjadi etnis tersendiri di Afrika Selatan. Pada masa apartheid, etnis Cape Malay masuk dalam golongan kulit berwarna (colored), kastanya lebih tinggi dibandingkan dengan kulit hitam, tetapi di bawah kulit putih.

Populasi etnis Cape Malay sekarang ini sekitar 166 ribu di Cape Town dan sekitar 10.000 di Johannesburg. Orang-orang Cape Malay juga penentang apartheid, salah seorang pimpinannya adalah Farid Esack.

Karena “kesalahpahaman” kemudian “klaim” Malaysia, Indonesia harus berjuang untuk memperkenalkan diri. “Mengubah persepsi orang sangat sulit, tetapi kami akan terus memperkenalkan Indonesia di Afrika Selatan. Indonesia merupakan bagian dari sejarah Afrika Selatan,” ujar Ali Hasan. [*]  PR/DPT

Sumber disini

 

Kan! Dah cakap dah!

 

Lain-lain pautan:

  1. Satu

  2. Dua



 

Tiada ulasan:

0002 Catatan India-Kashmir | Menghitung Hari

Januari tahun lalu, sudah masuk fasa berdebar-debar memandangkan tarikh untuk ke India-Kashmir semakin hampir. Mengatur kerja, menyusun buk...